Tak terasa bergulirnya waktu demi waktu telah membawa kita pada pengujung tahun 2020 dan memasuki tahun 2021. Kini pantaslah jika kiranya kita mau meluangkan waktu sejenak untuk merenung atas perjalanan hidup kita. Baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sebagai rakyat biasa, pejabat atau yang diamanahi memimpin negara.
Jika boleh ditamsilkan, perjalanan hidup kita ibarat seorang musafir yang sedang menempuh perjalanan jauh dan sangat meletihkan. Perjalanan yang sangat mungkin tidak mulus, harus mendaki, menurun, berliku-liku penuh onak dan duri dengan berbagai rintangan.
Di tengah perjalanan si musafir mencoba berhenti sejenak, duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Kemudian, ia mencoba merenung dan bertanya pada dirinya sendiri, “Sudah berapa jauhkah perjalanan yang telah dilaluinya, dan masih berapa jauh lagi perjalanan yang harus ditempuhnya?”
Pada satu titik kulminasi perenungannya, pada gilirannya musafir tadi timbul keinginan untuk mau mempertanyakan kepada dirinya tentang: “Apakah selama ini ia telah menempuh jalan yang benar ataukah ia telah mengambil jalan yang sesat, sehingga sebenarnya ia tidak akan pernah sampai kepada titik tujuan yang menjadi cita-citanya?”
Bila saja tamsil ini dinisbatkan pada kehidupan, maka pantas bahkan tepat sekali rasanya bila pada akhir 2020 memasuki 2021 kita sudah selayaknya mau mencoba merenung, bertafakur dan bertadzakkur, mencoba untuk “Muhasabah an nafs“, introspeksi diri kita masing-masing: “Telah seberapa jauhkah perjalanan hidup yang telah kita tempuh, dan masih berapa jauh lagi perjalanan hidup yang harus kita lalui?”
Namun, yang terpenting tentunya kita harus mau secara jujur mempertanyakan pada diri kita masing-masing. Sebagaimana yang ditanyakan musafir tersebut pada dirinya: “Apakah selama sekian puluh tahun kita hidup di alam dunia ini, baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita telah menempuhnya dengan jalan yang benar menurut petunjuk Allah dan Rasul-Nya? Ataukah malah kita telah meniti jalan yang salah sehingga titik tujuan terakhir dari perjalanan hidup kita untuk mencapai “Mardhatillah” (Ridha Allah SWT) masih harus kita pertanyakan kembali kepada diri kita masing-masing?”
Jawaban dari beberapa pertanyaan di atas, tentu ada pada diri kita masing-masing untuk dapat dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya nanti. Andaikata, semua pertanyaan yang diajukan kepada diri kita masing-masing dalam renungan bertepatan pengujung tahun 2020 ini kita jawab dengan benar, maka Alhamdulillah.
Namun, jika beberapa pertanyaan tersebut dengan jujur kita jawab, belum benar, atau bahkan tidak benar, maka mari mengingatkan diri kita masing-masing atas adanya peringatan Allah SWT dalam firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian menyatakan sesuatu yang kalian sendiri tidak melakukannya (lain yang di hati, lain yang diucapkan dan lain pula yang diperbuat). Betapa besarnya rasa benci dan murka Allah bilamana kalian mengatakan sesuatu yang kalian sendiri tidak melakukannya” (QS ash Shaff:2-3).
Sumber : https://www.republika.id/posts/12918/renungan-akhir-tahun